Gotong royong yang dulu digagas pertama kali oleh para pendiri bangsa, kian hari semakin terkikis dengan budaya individual ditengah persaingan yang begitu ketat dalam mencapai tujuan tertentu, kenyataan inilah yang membuat nilai-nilai sosial ditatanan masyarakat yang sejak dulu sudah ditanamkan oleh nenek moyang kita luntur seiring dengan perkembangan jaman. padahal untuk mencapai suatu tujuan dan cita-cita bersama seharusnya dikerjakan secara bersama-sama.
Maka dengan kenyataan inilah, pemerintah desa kembali melakukan sebuah inovasi baru dalam merangkul masyarakat agar terus menanamkan kebudayaan "Gotong Raoyong". kegitan gotong royong dalam pembangunan balai desa sedikitnya melibatkan hampir 95% masyarakat, kebersamaan dan ikatan persaudaraan atas kepentingan bersama menjadi satu ketika semua masyarakat desa terlibat aktif, tanpa harus melihat tatanan dan golongan yang ada. masyarakat saling bahu membahu seiring kegitan gotong royong.